Inilah Puisi Taufik Ismail yang Membuat Anak Aidit Marah-Marah

Pada tahun 2016, penyair taufik ismail menemukan cemoohan dari para korban kejadian 1965 yang mendatangi simposium nasional membedah kejadian 1965 di hotel aryaduta, jakarta pusat, tepatnya pada selasa (19/4/2016).

dikala itu, di sela - sela simposium, panitia simposium memohon taufik ismail buat tampak membacakan suatu puisi. tetapi, kala puisi dibacakan, taufik menemukan respons negatif dari beberapa partisipan simposium yang muncul.



terlebih lagi, ilham aidit, anak dari dipa nusantara aidit, yang jadi salah satu partisipan simposium, berteriak ke arah taufik. “provokator! ”

setelah itu, partisipan lain juga menjajaki perilaku ilham.

inilah isi dari puisi yang dibacakan oleh penyair taufiq ismail

====================================

2 orang cucuku bertanya tentang angka - angka

datuk - datuk , saya ingin bertanya tentang angka - angka

kata aidan, cucuku laki - laki

saya pula, saya pula, kata riani cucuku yang perempuan

saya pula ingin bertanya tentang angka - angka

warnanya mereka sempat membaca bukuku tentang angka - angka dan juga ini aga mengherankan

karna mestinya mereka bertanya tentang puisi

namun baiklah,

warnanya mereka di sekolahnya di sma terdapat tugas menuliskan makalah

menimpa puisi, ia sudah banyak bertanya ini itu, kerap berdiskusi

saat ini aidan dan juga raina tiba dengan ilham mereka

menuliskan makalah dengan angka - angka

begini datuk,

katanya terdapat partai di dunia itu membantai 120 juta orang, sepanjang 74 tahun di 75 negara

setelah itu kata aidan dan juga raina, ya.. ya.. 120 juta orang yang dibantai

tiap hari mereka membantai 4500 orang sepanjang 74 tahun di 75 negara

setelah itu cucuku bertanya

datuk - datuk, ko terdapat orang begitu ganas?

setelah itu ia bertanya lagi,

mengapa itu datuk? kenapa begitu banyak?

mereka melaksanakan kerja paksa, merebut kekuasaan di sesuatu negara

kerja paksa

setelah itu orang - orang di bangsanya seorang diri berjatuhan mati

kerja paksa

setelah itu yang kedua

seusai kerja paksa,

program ekonomi di segala negeri komunis tidak terdapat satupun yang berhasil

mati kelaparan, bergelimpangan di jalan - jalan

setelah itu yang ketiga,

karena tumbangnya puisi ini

sebabnya merupakan mereka membantai bangsanya seorang diri,

mereka membantai bangsanya sendiri

di indonesia

pertamakali dibawa oleh musso, dibawa musso.

di madiun mereka mencermati pembantaian

[ngelmu]







(sumber : http: //wowmuslim. blogspot. com/2017/09/inilah - puisi - taufik - ismail - yang - membuat. html )